BAB I 
PENDAHULUAN 
A.  Latar Belakang Masalah 
Perkembangan olahraga permainan bola tangan di Indonesia saat ini belum 
berkembang sebagaimana cabang olahraga permainan lainnya. Hal tersebut ditandai oleh 
masih jarangnya kejuaraan atau pertandingan-pertandingan seperti halnya pertandingan sepak 
bola, bola voli, bola basket, softball, futsal, sepak takraw, tennis dan kejuaraan atau 
pertandingan cabang olahraga lainnya. Sementara di  negara lain seperti Brasil, Argentina, 
Jerman, bahkan Jepang serta Korea permainan bola tangan sudah sangat berkembang pesat, 
hal tersebut dapat dibuktikan dengan keikutsertaan  mereka dalam kejuaraan-kejuaraan 
internasional yang sudah berjalan dan terprogram seperti  World Men’s Handball 
Championship,  World Women Handball Championship,  Asian Women’s Handball 
Championship, Asian Men’s Handball Championship, European Men’s Handball 
Championship, European Men’s Handball Championship. (http://www.ehfcl.com/) 
Sebenarnya di Indonesia permainan bola tangan telah ada sejak tahun 1897. Saat itu 
permainan dilakukan oleh 2 regu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain (outdoor/field 
handball), permainan banyak dilakukan di lingkungan perguruan tinggi yaitu pada kegiatan 
intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pada masa itu juga cukup banyak pertandingan 
diselenggarakan, baik oleh perguruan tinggi maupun  oleh organisasi mahasiswa. (Haris, 
1986: 9). Selanjutnya menurut Haris (1986: 9) di Indonesia, permainan bola tangan pernah 
mengisi acara pertandingan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) ke II yang 
diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1951. Peserta pertandingan pada waktu PON II 
tersebut, hanya terdiri dari 4 daerah yaitu: Jakarta Raya, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa 
Timur. Selanjutnya dipaparkan juga bahwa permainan  bola tangan pernah mengisi acara 
dalam Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) yaitu pada POM ke V yang diselenggarakan di 
Medan pada tahun 1960. Dikatakan pula oleh Haris (1986: 10) bahwa perkembangan 
permainan bola tangan hanya bertahan sampai masa akhir orde lama (1965-1966) dan 
kemudian secara perlahan permainan bola tangan mengalami kemunduran dan akhirnya 
menjadi tidak popular lagi. 
Saat ini, dikalangan mahasiswa muncul beberapa orang yang ingin bermain bola 
tangan, khususnya mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bola 
tangan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), Universitas Pendidikan 
Indonesia (UPI). Meski UKM ini terbilang baru, akan tetapi antusias para mahasiswa, 
khususnya mahasiswa FPOK cukup tinggi. UKM bola tangan FPOK UPI pernah mengikuti 
kejuaraan nasional antar perguruan tinggi yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2009, 
yang pesertanya diikuti oleh 10 tim dari tiga perguruan tinggi yaitu UPI (3 tim putra dan 1 
tim putri), UNJ (2 tim putra dan 1 tim putri), dan UNESA (2 tim putra dan 1 tim putri). Pada 
pertandingan bola tangan putra, tim tuan rumah (UNJ A) keluar sebagai juara 1, runner up 1 
untuk UNESA A, sedangkan  runner up 2 diraih UPI B dan untuk petandingan bola tangan 
putri, UPI keluar sebagai juara 1, runner up 1 UNJ dan runner up 2 didapat oleh UNESA. 
Dalam konteks menyelenggarakan pertandingan, UKM bola tangan UPI sudah 2 kali 
mengadakan kejuaraan bola tangan se-Jawa Barat antar Kabupaten/Kota. Pesertanya terdiri 
atas, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kab. Indramayu, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, 
Kota Bandung, Kab. Sumedang, Kab. Karawang, Kab. Kuningan, Kec. Banjar, Kab. Tasik, 
Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur dan Kab. Majalengka, Kab. Bandung Barat. 
Dalam struktur kurikulum program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi 
(PJKR) FPOK UPI, permainan bola tangan merupakan salah satu mata kuliah wajib yang 
harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa PJKR. Dengan  dimasukkannya permainan bola 
tangan dalam struktur program kurikulum PJKR ini sangat mendukung terhadap 
perkembangan permainan bola tangan khususnya dikalangan mahasiswa PJKR. 
Meskipun berbagai usaha baik secara formal dan informal telah dilakukan, permainan 
bola tangan masih belum dapat diterima di kalangan  orang banyak, khususnya masyarakat 
Indonesia. Hal tersebut mungkin dikarenakan belum banyaknya pengenalan permainan bola 
tangan secara langsung pada masyarakat luas secara  terprogram. Masih sedikit orang yang 
memperkenalkan atau melakukan demonstrasi-demonstrasi permainan bola tangan, sehingga 
mengakibatkan kurang dikenalnya permainan bola tangan dikalangan masyarakat luas. Tidak 
sedikit masyarakat beranggapan bahwa permainan bola tangan adalah permainan bola basket 
atau bola voli, karena memang bentuk dan pola permainan serta peraturan permainan bola 
tangan merupakan modifikasi dari permainan sepak bola dan bola basket. Hal tersebut 
menunjukkan bahwa permainan bola tangan belum memasyarakat dan jarang dimainkan oleh 
masyarakat. Selanjutnya, jika dilihat dari cara bermain dan peraturannya, permainan bola 
tangan merupakan permainan yang alamiah (natural game) dan mudah dilakukan. Permainan 
bola tangan hanya membutuhkan keterampilan alamiah, seperti berlari, melompat, melempar, 
dan menangkap. Semua ini merupakan keterampilan alamiah dan merupakan keterampilan 
motorik yang sangat mendasar. 
Peraturan permainan bola tangan terbilang mudah, lapangan terbagi atas 2 bagian 
yang sama besar dan lapangan permainan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 
panjang 40 meter dan lebar 20 meter, gawang dengan  ukuran lebar 3 meter dan tinggi 2 
meter diletakkan tepat pada tengah-tengah masing-masing garis akhir, bola harus bulat 
dengan lingkaran bola antara 58-60 cm untuk putra dan sedangkan lingkaran 54-56 cm untuk 
putri, masing-masing regu terdiri dari 7 orang pemain (6 orang pemain lapangan dan 1 orang 
penjaga gawang), lama permainan adalah 2 x 30 menit untuk putra dan 2 x 25 menit untuk 
putri, dan cara memainkan bola tangan setiap pemain diperbolehkan untuk memantulkan, 
melempar, menangkap, menghentikan bola dengan menggunakan tangan, lengan, kepala, 
badan, paha, dan lutut. Meski demikian pemahaman permainan bola tangan belum 
memasyarakat seperti olahraga permainan bola basket, bola voli, futsal dan sepakbola. 
Permainan bola tangan merupakan permainan yang menurut penulis memiliki 
keunikan dalam proses permainannya. Keunikannya terletak pada cara membuat angka/gol, 
yaitu dengan cara melempar bola masuk ke gawang lawan. Pada permainan bola tangan para 
pemain dapat melakukan lemparan bola ke gawang (shooting) dengan berbagai cara gerakan, 
seperti the jump shot (menembak pada saat melompat ke atas), the dive shot (menembak pada 
saat melompat kedepan), dan  the flying shot (menembak pada saat melayang). Dengan 
beragamnya jenis  shooting, pemain dapat mengkreasikan gerakannya pada saat melakukan 
shooting. 
Permainan bola tangan yang dilakukan dengan visi yang jelas mengajarkan kepada 
para pemain nilai-nilai kamanusiaan yang mendasar dan  universal, seperti nilai kerjasama, 
toleransi, percaya diri, keberanian, dan menghargai lawan. Kerjasama adalah pekerjaan yang 
dilakukan oleh beberapa pihak secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu yang 
telah disepakati bersama. Untuk dapat menciptakan angka dan meraih kemenangan dalam 
permainan bola tangan, para pemain harus bekerjasama, karena permainan bola tangan 
adalah permainan tim bukan individu. Toleransi: menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 
toleransi adalah sifat atau sikap menenggang, mau menenggang terhadap perbuatan orang 
lain yang masih dalam batas diterima. Dalam pertandingan permainan bola tangan pasti ada 
pemain yang melakukan kesalahan sendiri yang mungkin dapat merugikan tim, akan tetapi 
pemain lain tidak bisa semena-mena menyalahkan pemain tersebut,  Percaya diri adalah 
sebuah cara meningkatkan kepercayaan diri untuk kesuksesan dengan cara mengatasi minder. 
Dalam pertandingan setiap pemain harus mempunya mental yang bagus agar pada saat 
pertandingan pemain merasa percaya diri untuk bermain dan menciptakan gol/angka pada 
tim lawan,  Keberanian adalah sikap atau sifat tidak takut menghadapi sesuatu. Pada saat 
pertandingan tidak semua pemain memiliki keberanian untuk melakukan tembakan ke 
gawang tim lawan karena tim lawan memiliki badan yang besar-besar sehingga membuat 
mental jatuh, akan tetapi dalam pertandingan setiap pemain harus berani untuk menghadapi 
kondisi apapun, Menghargai lawan adalah sikap toleransi sesama umat manusia, menerima 
perbedaan antara setiap manusia sebagai hal yang wajar. Dalam setiap pertandingan, setiap 
pemain harus saling menghargai lawannya agar pada saat pertandingan tidak terjadi hal-hal 
yang tidak diingikan. 
Memperhatikan nilai-nilai yang terkandung didalamnya maka permainan bola tangan 
perlu dikembangkan ke berbagai lapisan masyarakat luas sebagai upaya untuk meningkatkan 
kualitas sumber daya manusia. Peluang yang paling mudah untuk memasyarakatkan 
permainan bola tangan adalah melalui persekolahan, karena ciri masyarakat sekolah, adalah: 
(1) terdiri atas remaja yang memiliki karakter senang bermain dan masih dalam proses 
pertumbuhan dan perkembangan dari seluruh dimensi fisik dan kepribadiannya, sehingga 
permainan bola tangan dapat melengkapi dalam membantu menumbuhkan dan 
mengembangkan seluruh dimensi tersebut, (2) dalam pelaksaan pembelajaran lebih 
terorganisir karena di sekolah siswa dituntut untuk mengikuti dan mentaati aturan-aturan 
yang berlaku di sekolah. 
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang 
Standar Isi untuk satuan pendidikan jasmani dipaparkan sebagai berikut, 
     Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan meliputi 
aspek-aspek sebagai berikut: (1) Permainan dan olahraga, (2) Aktivitas pengembangan, 
(3) Aktivitas senam, (4) aktivitas ritmik, (5) Aktivitas air (aquatik), (6) Pendidikan luar 
kelas, dan (7) Kesehatan. 
Mangacu pada Peraturan Pemerintah di atas, maka sangat jelas bahwa olahraga 
permainan merupakan salah satu ruang lingkup materi yang harus diajarkan. Namun tidak 
semua sekolah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran permainan olahraga yang 
lengkap untuk melaksanakan kurikulum seperti tersebut diatas, terutama di sekolah-sekolah 
yang berada di pelosok-pelosok Desa. Untuk itu, permainan bola tangan yang merupakan 
salah satu olahraga permainan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk melengkapi 
aktivitas belajar siswa, terutama di sekolah yang sarana dan prasarananya kurang mendukung 
terhadap pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang standar isi tersebut di atas. 
Jika dilihat dari karakteristiknya permainan bola tangan masuk ke dalam kelompok 
permainan bola besar dan invasi game, sama seperti halnya permainan bola basket, bola voli 
dan sepak bola. Untuk itu jika permainan bola tangan diajarkan dipersekolahan maka harus 
merujuk kepada kompetensi dasar sebagaimana yang dirumuskan untuk pembelajaran 
sepakbola, voli dan basket. Yaitu, Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga 
dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 
Permainan bola tangan termasuk olahraga permainan yang dapat diajarkan di 
lingkungan persekolahan. Selanjutnya dalam kurikulum dipaparkan pula bahwa standar 
kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah pembelajaran permainan dan olahraga sebagai 
berikut, 
     Mempraktikan gerakan dasar ke dalam permainan  sederhanan dan olahraga serta 
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang terdiri dari tiga kompetensi dasar, yaitu 
(1) Mempraktikan permainan bala kecil sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, 
serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran. 
Merujuk pada Peraturan Pemerintah tentang standar isi, keterbatasan sarana prasarana 
pelaksanaan penjas, dan nilai-niai yang terkandung dalam permainan bola tangan, maka tidak 
salah jika permainan bola tangan, yang tidak memerlukan biaya pengadaan dan pemeliharaan 
sarana yang banyak, diajarkan di lingkungan persekolahan. 
Berdasarkan penjelasan di atas maka siswa diharapkan dapat menerapkan nilai 
kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran, selain itu siswa juga diharapkan dapat 
mempraktikan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang 
dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran. Kompetensi dasar 
“mempraktikan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang 
dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran” diharapkan dapat tercapai 
melalui materi pembelajaran pilihan, seperti permainan sepak bola, bola basket, futsal, bola 
voli mini, bola tangan, dll. Dijelaskan dalam kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan 
kesehatan 2006 pada kompetensi dasar tingkat Sekolah Menengah Atas bahwa sebagai 
berikut, 
     Mempraktikan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar 
dengan baik, serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai 
lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan 
Permainan bola tangan dapat menjadi materi yang dapat dipilih untuk diajarkan 
dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani terutama di Sekolah Menengah Atas. 
Pembelajaran permainan ini diyakini memiliki tujuan sebagai salah satu alat atau sarana 
untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani, seperti yang tersurat dalam 
http://artikel-olahraga.blogspot.com/2008/02/pendidikan-jasmani.html sebagai berikut: (1) 
Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan 
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani 
dan olahraga yang terpilih, (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis 
yang lebih baik, (3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, (4) 
Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan 
demokratis, (6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, 
orang lain dan lingkungan, dan (7) Memahami konsep  aktivitas jasmani dan olahraga di 
lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, 
pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. 
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran bola tangan, sebagai bagian dari 
keberhasilan pembelajaran Pendidikan Jasmani, adalah tingkat pengetahuan dan 
keterampilan guru dalam memilih model, pendekatan,  strategi, metode dan teknik 
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran permainan bola 
tangan. Tidak sedikit guru pendidikan jasmani yang  masih kurang memahami tentang 
pendekatan, strategi dan metode yang baik dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di 
sekolah. Hal ini minimal dapat diamati dari dua sudut pandang yaitu, (1) dari struktur 
kurikulum pendidikan guru (PJKR) sebelum tahun 1994, dan (2) dari praktik pembelajaran. 
Dalam struktur kurikulum PJKR, sebelum tahun 1994 belum secara eksplisit dan tersurat 
model atau pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani dijadikan mata kuliah yang wajib 
diikuti oleh seluruh mahasiswa PJKR. Kondisi ini dapat ditafsirkan bahwa guru penjas yang 
lulus sebelum tahun 1994, mereka belum banyak memiliki pengetahuan dan keterampilan 
tentang konsep dan praktek model atau pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani. Begitu 
juga dalam praktik pembelajaran, dapat diduga atau  diprediksi mereka kurang memiliki 
kemampuan dan keterampilan dalam praktek pembelajaran. 
Pendekatan/model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran merupakan 
pembelajaran yang dapat menentukan keberhasilan terhadap proses pembelajaran. 
Pendekatan/model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran sangatlah berbeda antara satu 
dengan yang lainnya. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita 
tergadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang 
terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi, metode, dan 
teknik pembelajaran yang digunakan dapat bersumber  atau bergabung dari pendekatan 
tertentu. Menurut Killen (1998) yang dikutip oleh Sanjaya (2006: 125), bahwa “Ada dua 
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan 
yang berpusat pada siswa.” 
Dalam pembelajaran terdapat beberapa pendekatan, diantaranya yaitu pendekatan 
teknis dan pendekatan taktis. Pendekatan teknis lebih menekankan pembelajaran teknik dari 
suatu permainan, sedangkan pendekatan taktis menekankan pada taktik dari suatu permainan 
dalam cabang olahraga. Pada proses pembelajaran secara tradisional yang dilakukan oleh 
guru belum memberikan sumbangan yang berarti terhadap penampilan siswa dalam 
permainan. Hal ini menjadikan landasan untuk menerapkan pendekatan taktis dalam setiap 
proses pendekatan. 
Melalui pendekatan ini, diharapkan adanya peningkatan motivasi dan minat siswa 
atau atlet untuk belajar. Pendekatan taktis memberikan suatu alternatif yang memberikan 
kepada siswa untuk mempelajari keterampilan teknik  dalam situasi bermain, seperti yang 
dikemukakan Subroto (2001: 4), menjelaskan bahwa: “Pendekatan taktis adalah suatu cara 
untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang 
tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan.” Lebih lanjut Huedaya (2001: 17), 
menjelaskan bahwa sasaran dari pengajaran melalui pendekatan taktis adalah: 
“Meningkatkan tampilan bermain siswa, dengan melibatkan kombinasi dari kesadaran taktis 
dan penerapan keterampilan teknik dasar ke dalam bentuk permainan yang sebenarnya.” 
Selain dari pendekatan, ada istilah lain yang sering digunakan dalam proses 
pembelajaran, yaitu model pembelajaran. Sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk 
merancang pengajaran diartikan sebagai model pembelajaran. Dijelaskan oleh Husdarta dan 
Saputra (1999: 35) bahwa “Isi yang terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa 
strategi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan intruksional. 
Berdasarkan beberapa hasil penjelasan di atas yang menjelaskan tentang pendekatan 
dan model pembelajaran, maka penulis dapat menarik  kesimpulan bahwa terdapat banyak 
kesamaan antara pendekatan dan model pembelajaran diantaranya, yaitu di dalam pendekatan 
dan model terdapat sebuah strategi pembelajaran, terdapat dua pengelompokan pendekatan 
belajar (berpusat pada guru dan berpusat pada siswa), dan penelitian mengenai pendekatan 
pembelajaran menjelaskan tentang keterkaitan yang erat antara pendekatan dan model. 
Strategi merupakan sebuah upaya untuk mencari alternatif perubahan dari sebuah 
tatanan yang ada. Penentuan strategi adalah pilihan terbaik yang telah dirumuskan sesuai 
dengan pembelajaran apa yang akan diajarkan kepada  siswa. Engkoswara (1981) 
memaparkan bahwa “strategi adalah sesuatu ketentuan yang ditetapkan secara lebih rinci dan 
berlandaskan kepada tujuan.” 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di atas, pendekatan merupakan sebuah 
pandangan yang menjadi titik tolak dari penggunaan sebuah strategi pembelajaran. Maka dari 
itu strategi merupakan bagian dari pendekatan yang  digunakan guru kepada siswanya. 
Dijelaskan oleh Sanjaya (2006: 125) sebagai berikut, 
     Pendekatan yang berpusat pada guru, seperti strategi pembelajaran langsung, 
deduktif, dan eksplositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran discovery dan inkuiri 
serta strategi pembelajaran induktif. 
Penjelasan lebih lanjut tentang strategi pembelajaran, Killen dikuti oleh sanjaya 
(2006: 126) mengungkapkan sebagai berikut, 
     Strategi pembelajaran langsung, yaitu materi pelajaran disajikan begitu daja kepada 
siswa dan siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Sedangkan strategi yang bahan 
pelajaran dicari dan ditemukan oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas 
guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. 
Senada dengan penjelasan di atas bahwa pembelajaran langsung dan tidak langsung 
lebih diartikan sebagai sebuah gaya mengajar. Seperti yang telah diungkapkan oleh Mosston 
dan Ashworth (1994) yang dikutip oleh Suherman (1998: 130) “mengemukakan beberapa 
kemungkinan cara mengajar Penjas secara garis besarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua 
bagian, yaitu  direct teaching styles (gaya mengajar langsung), dan  indirect teaching styles 
(gaya mengajar tidak langsung).” Cara mengajar yang dijelaskan di atas mempunyai 
karakteristik gaya mengajar yang sangat berbeda satu sama lainnya. Selanjutnya dijelaskan 
pula oleh Mosston dan Ashworth yang dikutip oleh Adang Suherman terdapat beberapa 
contoh dari setiap gaya mengajar tersebut, adalah sebagai berikut, 
     Beberapa contoh  direct teaching, misalnya: komando, penugasan, resiprokal,  self 
check,  dan inclusion style. Sementara contoh  inderct teaching  misalnya: problem 
solving (guinded, convergent,  dan divergent discovery),  learner’s design, learner-
intiated, dan self-teaching style. 
  
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai gaya mengajar, bahwa dapat diartikan direct 
teaching  sebagai sebuah gaya pembelajaran yang dalam pengambilan keputusan semua 
didominasi guru, sedangkan dalam inderct teaching pengendalian pembelajaran berada pada 
siswanya. 
Perlu diingat kembali tujuan utama dalam proses pembelajaran penjas bukan saja 
penguasaan keterampilan gerak, akan tetapi pembelajaran yang mengarah kepada aspek 
perkembangan kognitif anak dan perkembangan sosial  dan emosi anak. Itu diakibatkan 
penggunaan metode pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk 
menjadikan pelaku bebas mengeksplorasi segala bentuk potensi dalam dirinya. Guru 
berfungsi penuh sebagai pemerintah dan pengambil keputusan mutlak kepada siswa. Senada 
dengan penjelasan di atas, menurut Subroto dan Yudiana (2010: 26), sebagai berikut, 
     Guru mengambil penuh sebagai pengambil keputusan, permainan sepenuhnya 
ditentukan oleh peraturan guru yang “memerintahkan” anak untuk ikut serta ..... banyak 
metode latihan yang kurang memperhatikan aspek perkembangan kognitif anak, dan 
kelayakan bentuk latihan dengan perkembangan pola pergerakan atau perkembangan 
sosial dan emosi anak. 
Pemahaman guru penjas terhadap penerapan metode pilihan sesuai dengan 
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran permainan bola tangan di sekolah 
dapat berpengaruh besar terhadap motivasi siswa untuk belajar aktif dan tingkat pemahaman 
serta motorik dasar yang berbeda-beda dimiliki siswa yang begitu banyak dapat menuntut 
sampai sejauh mana tingkat kompetensi guru penjas tersebut, dijelaskan oleh Sanjaya (2006: 
126), sebagai berikut: 
     Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik 
yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru 
memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya. 
  
Penjelasan tersebut memberikan arahan, seperti misalkan bagaimana teknik dan taktik 
menjalankan metode bagian agar berjalan efektif dan efisien. Penjelasan lebih lanjut tentang 
pengertian teknik, menurut Morris dalam Sudjana (2000:13) menjelaskan bahwa “Teknik 
adalah prosedur yang sistematik seperti penunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang 
kompleks atau ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan 
patokan-patokan dasar suatu penampilan.” 
B.  Identifikasi Masalah 
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran bola tangan dapat diidentifikasikan 
sebagai berikut: 
1.  Berdasarkan perkembangan kurikulum PJKR, guru-guru  sebelum tahun 1994 
belum memiliki pengalaman belajar tentang berbagai  pendekatan, model dan 
strategi pembelajaran. 
2.  Belum dimilikinya pengalaman belajar tentang berbagai pendekatan, model dan 
strategi pembelajaran tersebut maka diduga dalam prakteknya pun mereka belum 
menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan berbagai pendekatan 
tersebut. 
3.  Secara spesifik guru belum memiliki pengetahuan dan keterampilan bagaimana 
menerapkan gaya-gaya mengajar terutama gaya mengajar komando dan gaya 
discovery didalam hal pembelajaran aktivitas bola tangan. 
C.  Batasan Masalah 
Jadi berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka permasalahan 
yang terkait dengan pembelajaran aktifitas bola tangan di sekolah sangat banyak, khususnya 
yang terjadi di SMA Negeri 13 Bandung untuk itu dalam keterbatasan peneliti maka 
pengkajian dalam penelitian ini dibatasi disekitar: 
1.  Kemampuan peneliti untuk meneliti 
2.  Keterbatasan waktu yang tersedia di luar dari kegiatan perkuliahan 
3.  Keterbatasan psikologi peneliti dengan sekolah 
4.  Keterbatasan biaya yang juga mempengaruhi terhadap proses pengamatan 
Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada masalah penelitian tentang “pengaruh 
gaya mengajar komando dan gaya mengajar discovery terhadap hasil belajar shooting pada 
permainan bola tangan.” 
D.  Rumusan Masalah 
Berdasarkan batasan masalah tersebut maka masalah penelitian dapat dirumuskan 
sebagai berikut: 
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara gaya mengajar komando dengan gaya 
mengajar discovery terhadap hasil belajar shooting dalam pembelajaran bola tangan? 
E.  Tujuan Penelitian 
Tujuan dari penelitian ini adalah dalam rangka untuk meningkatkan kualitas 
pembelajaran shooting dalam aktivitas permainan bola tangan. 
F.  Manfaat Penelitian 
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepada dua hal 
sebagai berikut: 
1.  Manfaat Teoritis 
a.  Memperkuat teori-teori pembelajaran yang sudah ada terutama yang terkait pembelajaran 
shooting dalam permaian bola tangan. 
b.  Menambah khazanah keilmuan dibidang olahraga, khususnya pengembangan landasan-
landasan keilmuan dalam praktik aktivitas dalam pembelajaran aktivitas permainan bola 
tangan. 
2.  Manfaat Praktis 
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang sangat besar 
bagi semua pihak terkait masalah pengaruh gaya mengajar komando dan gaya  discovery 
terhadap hasil belajar  shooting  pada permainan bola tangan di SMA Negeri 13 Bandung, 
diantaranya: 
a)  Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan  pembelajaran bagi guru untuk 
merangsang lebih berkreasi dan berinovasi lagi. Selain itu, hasil penelitian ini 
diharapkan menjadi feedback bagi guru Pendidikan Jasmani dalam menyusun strategi 
pendekatan pembelajaran yang lebih variatif yang diharapkan memberikan manfaat 
dalam pelaksanaan proses pembelajaran permaian bola tangan di sekolah. 
b)  Bagi Siswa. Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih 
baik serta siswa menjadi lebih antusias terhadap pembelajaran permainan bola tangan 
pada mata pelajaran Pendidikan jasmani di sekolah. 
c)  Bagi Peneliti. Peneliti secara tidak langsung telah ikut andil bagian dalam 
memberikan pemahaman dan memperkuat pelaksanaan proses pembelajaran 
permainan bola tangan yang lebih kreatif dan inovatif yang selama ini kurang 
terealisasikan dengan baik. 
d)  Bagi SMA Negeri 13 Bandung. Hasil penelitian akan memberikan sumbangan praktis 
untuk sekolah tersebut dalam rangka perbaikan proses pembelajaran permainan bola 
tangan. 
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0605469_chapter1.pdf
makalah bola tangan
18.58 | 
		        
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






 
1 komentar:
semoga bermanfaat
Posting Komentar