RSS

Peralatan senam yang di lombakan


PERALATAN SENAM ARTISTIK
1. UNTUK PUTRA ADA 6 ALAT YANG DI GUNAKAN
1.     Floor axercise ( lantai )
Ukuran : 12 m x 12 m persegi
 










 










.     POMMEL HORSE ( KUDA-KUDA PELANA )
Ukuran: panjang                      1.60 m – 1.80 m
              Lebar                         35 cm
  Tinggi                        1.10 m
  Jarak pegangan          40 - 45 cm
 3.     RING  (GELANG – GELNG )
Ukuran:           Tinggi                                      2.8 – 3 m
                        Jarak antara lingkaran             50 cm
                        Jari – jari lingkaran                  18 cm
 
4.      Parallelbar (palang sejajar)
Panjang 3.50 m
Jarak 0.48 s/d 0.52 m
Tinggi 2 m
 5.      Horse vault (kuda-kuda lompat)
Panjang 1.20 m
Tinggi 1.35 m


6.      HORIZONTAL BAR (PALANG TUNGGAL)
Panjang 2.40 m
Tinggi 2.55 m

 2. UNTUK PUTERI ADA 4 (E­MPAT) ALAT :
1.      HORSE VAULT (KUDA-KUDA LOMPAT)
Panjang 1.60 m
Tinggi 1.20 m



 2.      UNEVEN BARS (PALANG BERTINGKAT)
Panjang 2.40 m
Tinggi palang bawah 1.50 m – 1.60 m
Tinggi palang atas 2.30 m – 2.50 m

BALANCE BEAM (BALOK KESEIMBANGAN)
Panjang 5m
Tinggi 1.20 m

FLOOR EXERCISE (LANTAI)
Ukuran 12 x 12 m


PERALATAN SENAM RITMIK
1.      RHYTHMIC BALL
Persyaratan bola tergantung pada usia dan tingkat pesenam.Anak-anak harus menggunakan bola dengan diameter antara 14dan 20cm; semua tingkatan lain menggunakan satu dengandiameter 18-20cm.
Berat bola juga berbeda berdasarkan tingkat pesenam. Tingkat9 / 10 pesenam harus menggunakan bola yang beratnya minimal400 gram dan tingkat 5-8 pesenam harus menggunakan salah satu yang beratnya 330 gram setidaknya. Pesenam tingkat yang lebih rendah dapat menggunakan bola yang lebih ringan dengan berat minimal 200 gram.

BERIRAMA GADA (RHYTHMIC CLUBS)
Pesenam A akan menggunakan dua klub per rutin. Klub, alatberbentuk botol, harus antara 40 sampai 50cm panjang danharus mempertimbangkan setidaknya 150 gram. Bagian tasklub memiliki diameter maksimum 3cm.
  

 PITA BERIRAMA (RHYTHMIC RIBBONS)

Pita dibagi menjadi dua bagian: tongkat yang menempel padapita dan pita itu sendiri.
Tongkat adalah 50-60cm panjang dan memiliki diameter maksimum 
1cm. Lampiran digunakan untuk menghubungkan pitamenempel tidak boleh lebih dari 7cm. Pita harus minimal 6m panjang (5 meter untuk usia SMP dan 4,5meter untuk anak-anak) dan 4-6 cm lebar. Pasti beratnya (tanpatongkat) minimal 35 gram (30 gram untuk usia SMP dan 20 gramuntuk anak-anak).

  BERIRAMA SIMPAI (RHYTHMIC HOOP)
Lingkaran itu harus memiliki diameter interior 80 sampai 90cmdan berat minimal 300 gram. Untuk anak-anak, diameterlingkaran adalah ditentukan oleh ukuran pesenam dan harusberat 225 gram.



5.       BERIRAMA ROPE (Rhythmic Rope)

Panjang tali dalam proporsi dengan tinggi pesenam. Tali dapat
memiliki bahan anti slip, yang tidak dapat mencakup lebih dari10cm.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
6Comments

Tolak peluru


Cara memegang Awalan Gerakan Tolakan Sikap badan saat menolak Ketentuan diskualifikasi/kegagalan peserta tolak peluru : - Menyentuh balok batas sebelah atas - Menyentuh tanah di luar lingkaran - Keluar masuk lingkaran dari muka garis tengah - Dipangil selama 3 menit belum menolak - Peluru di taruh di belakang kepala - Peluru jatuh di luar sektor lingkaran - Menginjak garis lingkar lapangan - Keluar lewat depan garis lingkar - Keluar lingkaran tidak dengan berjalan tenang - Peserta gagal melempar sudah 3 kali lemparan
Beberapa hal yang disarankan :
Bawalah tungkai kiri merendah Dapatkan keseimbangan gerak dari kedua tungkai, dengan tungkai kiri memimpin di belekang,Menjaga agar bagian atas badan tetap rileks ketika bagian bawah bergerak Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh peda tungkai kanan Putar kaki kanan ke arah dalam sewaktu melakukan luncuran Pertahankan pinggul kiri dan bahu menghadap ke belakang selama mungkin Bawalah tangan kiri dalam sebuah posisi mendekati badan, Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri
Beberapa hal yang harus dihindari :
1.       Tidak memiliki keseimbanagn dalam sikap permulaan
2.       Melakukan lompatan ketika meluncur dengan kaki kanan Mengangkat badan tinggi ketika melakukan luncuran
3.       Tidak cukup jauh menarik kaki kanan di bawah badan
4.       Mendarat dengan kaki kanan menghadap ke belakang
5.       Menggerakkan tungkai kiri terlalu banyak ke samping
6.       Terlalu awal membuka badan
7.       Mendarat dengan badan menghadap ke samping atau ke depan
C. Peralatan
 Alat yang di gunakan :
- Rol Meter
- Bendera Kecil
 - Kapur / Tali Rafia
- Peluru
a. Untuk senior putra = 7.257 kg
b. Untuk senior putri = 4 kg
c. Untuk yunior putra = 5 kg
d. Untuk yunior putri = 3 kg
- Obrient : gaya membelakangi arah tolakan
 - Ortodox : gaya menyamping
- gaya melingkar
D. Lapangan Tolak Peluru Konstruksi :
1.       Lingkaran tolak peluru harus dibuat dari besi, baja ata bahan lain yang cocok yang dilengkungkan, bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak dibuat dari emen , aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin. Permukaan dalam lingkaran tolak harus datar anatara 20 mm sampai 6 mm lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi.
2.       Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang 0.75 m pada kanan kiri lingkaran garis ini dibuat dari cat atau kayu.
3.       Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m. Tebal besi lingkaran tolak minimum 6 mm dan harus di cat putih. o Balok penahan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur/lengkungan sehingga tepi dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak, sehingga lebih kokoh.
4.       Lebar balok 11,2-30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m di dalam, tebal 9,8-10,2 cm.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
0Comments

Peratura futsal

semoga sumber ini bermanfaat buat penikmat blok saya

http://www.sepakbola.ukm.ugm.ac.id/Peraturan%20Futsal.pdf

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
1Comments

makalah bola tangan

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Perkembangan olahraga permainan bola tangan di Indonesia saat ini belum
berkembang sebagaimana cabang olahraga permainan lainnya. Hal tersebut ditandai oleh
masih jarangnya kejuaraan atau pertandingan-pertandingan seperti halnya pertandingan sepak
bola, bola voli, bola basket, softball, futsal, sepak takraw, tennis dan kejuaraan atau
pertandingan cabang olahraga lainnya. Sementara di  negara lain seperti Brasil, Argentina,
Jerman, bahkan Jepang serta Korea permainan bola tangan sudah sangat berkembang pesat,
hal tersebut dapat dibuktikan dengan keikutsertaan  mereka dalam kejuaraan-kejuaraan
internasional yang sudah berjalan dan terprogram seperti  World Men’s Handball
Championship,  World Women Handball Championship,  Asian Women’s Handball
Championship, Asian Men’s Handball Championship, European Men’s Handball
Championship, European Men’s Handball Championship. (http://www.ehfcl.com/)
Sebenarnya di Indonesia permainan bola tangan telah ada sejak tahun 1897. Saat itu
permainan dilakukan oleh 2 regu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain (outdoor/field
handball), permainan banyak dilakukan di lingkungan perguruan tinggi yaitu pada kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pada masa itu juga cukup banyak pertandingan
diselenggarakan, baik oleh perguruan tinggi maupun  oleh organisasi mahasiswa. (Haris,
1986: 9). Selanjutnya menurut Haris (1986: 9) di Indonesia, permainan bola tangan pernah
mengisi acara pertandingan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) ke II yang
diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1951. Peserta pertandingan pada waktu PON II

tersebut, hanya terdiri dari 4 daerah yaitu: Jakarta Raya, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Selanjutnya dipaparkan juga bahwa permainan  bola tangan pernah mengisi acara
dalam Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) yaitu pada POM ke V yang diselenggarakan di
Medan pada tahun 1960. Dikatakan pula oleh Haris (1986: 10) bahwa perkembangan
permainan bola tangan hanya bertahan sampai masa akhir orde lama (1965-1966) dan
kemudian secara perlahan permainan bola tangan mengalami kemunduran dan akhirnya
menjadi tidak popular lagi.
Saat ini, dikalangan mahasiswa muncul beberapa orang yang ingin bermain bola
tangan, khususnya mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bola
tangan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI). Meski UKM ini terbilang baru, akan tetapi antusias para mahasiswa,
khususnya mahasiswa FPOK cukup tinggi. UKM bola tangan FPOK UPI pernah mengikuti
kejuaraan nasional antar perguruan tinggi yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2009,
yang pesertanya diikuti oleh 10 tim dari tiga perguruan tinggi yaitu UPI (3 tim putra dan 1
tim putri), UNJ (2 tim putra dan 1 tim putri), dan UNESA (2 tim putra dan 1 tim putri). Pada
pertandingan bola tangan putra, tim tuan rumah (UNJ A) keluar sebagai juara 1, runner up 1
untuk UNESA A, sedangkan  runner up 2 diraih UPI B dan untuk petandingan bola tangan
putri, UPI keluar sebagai juara 1, runner up 1 UNJ dan runner up 2 didapat oleh UNESA.
Dalam konteks menyelenggarakan pertandingan, UKM bola tangan UPI sudah 2 kali
mengadakan kejuaraan bola tangan se-Jawa Barat antar Kabupaten/Kota. Pesertanya terdiri
atas, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kab. Indramayu, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi,
Kota Bandung, Kab. Sumedang, Kab. Karawang, Kab. Kuningan, Kec. Banjar, Kab. Tasik,
Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur dan Kab. Majalengka, Kab. Bandung Barat.

Dalam struktur kurikulum program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
(PJKR) FPOK UPI, permainan bola tangan merupakan salah satu mata kuliah wajib yang
harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa PJKR. Dengan  dimasukkannya permainan bola
tangan dalam struktur program kurikulum PJKR ini sangat mendukung terhadap
perkembangan permainan bola tangan khususnya dikalangan mahasiswa PJKR.
Meskipun berbagai usaha baik secara formal dan informal telah dilakukan, permainan
bola tangan masih belum dapat diterima di kalangan  orang banyak, khususnya masyarakat
Indonesia. Hal tersebut mungkin dikarenakan belum banyaknya pengenalan permainan bola
tangan secara langsung pada masyarakat luas secara  terprogram. Masih sedikit orang yang
memperkenalkan atau melakukan demonstrasi-demonstrasi permainan bola tangan, sehingga
mengakibatkan kurang dikenalnya permainan bola tangan dikalangan masyarakat luas. Tidak
sedikit masyarakat beranggapan bahwa permainan bola tangan adalah permainan bola basket
atau bola voli, karena memang bentuk dan pola permainan serta peraturan permainan bola
tangan merupakan modifikasi dari permainan sepak bola dan bola basket. Hal tersebut
menunjukkan bahwa permainan bola tangan belum memasyarakat dan jarang dimainkan oleh
masyarakat. Selanjutnya, jika dilihat dari cara bermain dan peraturannya, permainan bola
tangan merupakan permainan yang alamiah (natural game) dan mudah dilakukan. Permainan
bola tangan hanya membutuhkan keterampilan alamiah, seperti berlari, melompat, melempar,
dan menangkap. Semua ini merupakan keterampilan alamiah dan merupakan keterampilan
motorik yang sangat mendasar.
Peraturan permainan bola tangan terbilang mudah, lapangan terbagi atas 2 bagian
yang sama besar dan lapangan permainan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran
panjang 40 meter dan lebar 20 meter, gawang dengan  ukuran lebar 3 meter dan tinggi 2

meter diletakkan tepat pada tengah-tengah masing-masing garis akhir, bola harus bulat
dengan lingkaran bola antara 58-60 cm untuk putra dan sedangkan lingkaran 54-56 cm untuk
putri, masing-masing regu terdiri dari 7 orang pemain (6 orang pemain lapangan dan 1 orang
penjaga gawang), lama permainan adalah 2 x 30 menit untuk putra dan 2 x 25 menit untuk
putri, dan cara memainkan bola tangan setiap pemain diperbolehkan untuk memantulkan,
melempar, menangkap, menghentikan bola dengan menggunakan tangan, lengan, kepala,
badan, paha, dan lutut. Meski demikian pemahaman permainan bola tangan belum
memasyarakat seperti olahraga permainan bola basket, bola voli, futsal dan sepakbola.
Permainan bola tangan merupakan permainan yang menurut penulis memiliki
keunikan dalam proses permainannya. Keunikannya terletak pada cara membuat angka/gol,
yaitu dengan cara melempar bola masuk ke gawang lawan. Pada permainan bola tangan para
pemain dapat melakukan lemparan bola ke gawang (shooting) dengan berbagai cara gerakan,
seperti the jump shot (menembak pada saat melompat ke atas), the dive shot (menembak pada
saat melompat kedepan), dan  the flying shot (menembak pada saat melayang). Dengan
beragamnya jenis  shooting, pemain dapat mengkreasikan gerakannya pada saat melakukan
shooting.
Permainan bola tangan yang dilakukan dengan visi yang jelas mengajarkan kepada
para pemain nilai-nilai kamanusiaan yang mendasar dan  universal, seperti nilai kerjasama,
toleransi, percaya diri, keberanian, dan menghargai lawan. Kerjasama adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh beberapa pihak secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah disepakati bersama. Untuk dapat menciptakan angka dan meraih kemenangan dalam
permainan bola tangan, para pemain harus bekerjasama, karena permainan bola tangan
adalah permainan tim bukan individu. Toleransi: menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

toleransi adalah sifat atau sikap menenggang, mau menenggang terhadap perbuatan orang
lain yang masih dalam batas diterima. Dalam pertandingan permainan bola tangan pasti ada
pemain yang melakukan kesalahan sendiri yang mungkin dapat merugikan tim, akan tetapi
pemain lain tidak bisa semena-mena menyalahkan pemain tersebut,  Percaya diri adalah
sebuah cara meningkatkan kepercayaan diri untuk kesuksesan dengan cara mengatasi minder.
Dalam pertandingan setiap pemain harus mempunya mental yang bagus agar pada saat
pertandingan pemain merasa percaya diri untuk bermain dan menciptakan gol/angka pada
tim lawan,  Keberanian adalah sikap atau sifat tidak takut menghadapi sesuatu. Pada saat
pertandingan tidak semua pemain memiliki keberanian untuk melakukan tembakan ke
gawang tim lawan karena tim lawan memiliki badan yang besar-besar sehingga membuat
mental jatuh, akan tetapi dalam pertandingan setiap pemain harus berani untuk menghadapi
kondisi apapun, Menghargai lawan adalah sikap toleransi sesama umat manusia, menerima
perbedaan antara setiap manusia sebagai hal yang wajar. Dalam setiap pertandingan, setiap
pemain harus saling menghargai lawannya agar pada saat pertandingan tidak terjadi hal-hal
yang tidak diingikan.
Memperhatikan nilai-nilai yang terkandung didalamnya maka permainan bola tangan
perlu dikembangkan ke berbagai lapisan masyarakat luas sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Peluang yang paling mudah untuk memasyarakatkan
permainan bola tangan adalah melalui persekolahan, karena ciri masyarakat sekolah, adalah:
(1) terdiri atas remaja yang memiliki karakter senang bermain dan masih dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan dari seluruh dimensi fisik dan kepribadiannya, sehingga
permainan bola tangan dapat melengkapi dalam membantu menumbuhkan dan
mengembangkan seluruh dimensi tersebut, (2) dalam pelaksaan pembelajaran lebih

terorganisir karena di sekolah siswa dituntut untuk mengikuti dan mentaati aturan-aturan
yang berlaku di sekolah.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk satuan pendidikan jasmani dipaparkan sebagai berikut,
     Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: (1) Permainan dan olahraga, (2) Aktivitas pengembangan,
(3) Aktivitas senam, (4) aktivitas ritmik, (5) Aktivitas air (aquatik), (6) Pendidikan luar
kelas, dan (7) Kesehatan.

Mangacu pada Peraturan Pemerintah di atas, maka sangat jelas bahwa olahraga
permainan merupakan salah satu ruang lingkup materi yang harus diajarkan. Namun tidak
semua sekolah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran permainan olahraga yang
lengkap untuk melaksanakan kurikulum seperti tersebut diatas, terutama di sekolah-sekolah
yang berada di pelosok-pelosok Desa. Untuk itu, permainan bola tangan yang merupakan
salah satu olahraga permainan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk melengkapi
aktivitas belajar siswa, terutama di sekolah yang sarana dan prasarananya kurang mendukung
terhadap pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang standar isi tersebut di atas.
Jika dilihat dari karakteristiknya permainan bola tangan masuk ke dalam kelompok
permainan bola besar dan invasi game, sama seperti halnya permainan bola basket, bola voli
dan sepak bola. Untuk itu jika permainan bola tangan diajarkan dipersekolahan maka harus
merujuk kepada kompetensi dasar sebagaimana yang dirumuskan untuk pembelajaran
sepakbola, voli dan basket. Yaitu, Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga
dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Permainan bola tangan termasuk olahraga permainan yang dapat diajarkan di
lingkungan persekolahan. Selanjutnya dalam kurikulum dipaparkan pula bahwa standar

kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah pembelajaran permainan dan olahraga sebagai
berikut,
     Mempraktikan gerakan dasar ke dalam permainan  sederhanan dan olahraga serta
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang terdiri dari tiga kompetensi dasar, yaitu
(1) Mempraktikan permainan bala kecil sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi,
serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah tentang standar isi, keterbatasan sarana prasarana
pelaksanaan penjas, dan nilai-niai yang terkandung dalam permainan bola tangan, maka tidak
salah jika permainan bola tangan, yang tidak memerlukan biaya pengadaan dan pemeliharaan
sarana yang banyak, diajarkan di lingkungan persekolahan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka siswa diharapkan dapat menerapkan nilai
kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran, selain itu siswa juga diharapkan dapat
mempraktikan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang
dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran. Kompetensi dasar
“mempraktikan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang
dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran” diharapkan dapat tercapai
melalui materi pembelajaran pilihan, seperti permainan sepak bola, bola basket, futsal, bola
voli mini, bola tangan, dll. Dijelaskan dalam kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan 2006 pada kompetensi dasar tingkat Sekolah Menengah Atas bahwa sebagai
berikut,
     Mempraktikan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar
dengan baik, serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai
lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan

Permainan bola tangan dapat menjadi materi yang dapat dipilih untuk diajarkan
dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani terutama di Sekolah Menengah Atas.

Pembelajaran permainan ini diyakini memiliki tujuan sebagai salah satu alat atau sarana
untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani, seperti yang tersurat dalam
http://artikel-olahraga.blogspot.com/2008/02/pendidikan-jasmani.html sebagai berikut: (1)
Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
dan olahraga yang terpilih, (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis
yang lebih baik, (3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, (4)
Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan
demokratis, (6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan, dan (7) Memahami konsep  aktivitas jasmani dan olahraga di
lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna,
pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran bola tangan, sebagai bagian dari
keberhasilan pembelajaran Pendidikan Jasmani, adalah tingkat pengetahuan dan
keterampilan guru dalam memilih model, pendekatan,  strategi, metode dan teknik
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran permainan bola
tangan. Tidak sedikit guru pendidikan jasmani yang  masih kurang memahami tentang
pendekatan, strategi dan metode yang baik dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di
sekolah. Hal ini minimal dapat diamati dari dua sudut pandang yaitu, (1) dari struktur
kurikulum pendidikan guru (PJKR) sebelum tahun 1994, dan (2) dari praktik pembelajaran.
Dalam struktur kurikulum PJKR, sebelum tahun 1994 belum secara eksplisit dan tersurat
model atau pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani dijadikan mata kuliah yang wajib
diikuti oleh seluruh mahasiswa PJKR. Kondisi ini dapat ditafsirkan bahwa guru penjas yang

lulus sebelum tahun 1994, mereka belum banyak memiliki pengetahuan dan keterampilan
tentang konsep dan praktek model atau pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani. Begitu
juga dalam praktik pembelajaran, dapat diduga atau  diprediksi mereka kurang memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam praktek pembelajaran.
Pendekatan/model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran merupakan
pembelajaran yang dapat menentukan keberhasilan terhadap proses pembelajaran.
Pendekatan/model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran sangatlah berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
tergadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang digunakan dapat bersumber  atau bergabung dari pendekatan
tertentu. Menurut Killen (1998) yang dikutip oleh Sanjaya (2006: 125), bahwa “Ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan
yang berpusat pada siswa.”
Dalam pembelajaran terdapat beberapa pendekatan, diantaranya yaitu pendekatan
teknis dan pendekatan taktis. Pendekatan teknis lebih menekankan pembelajaran teknik dari
suatu permainan, sedangkan pendekatan taktis menekankan pada taktik dari suatu permainan
dalam cabang olahraga. Pada proses pembelajaran secara tradisional yang dilakukan oleh
guru belum memberikan sumbangan yang berarti terhadap penampilan siswa dalam
permainan. Hal ini menjadikan landasan untuk menerapkan pendekatan taktis dalam setiap
proses pendekatan.
Melalui pendekatan ini, diharapkan adanya peningkatan motivasi dan minat siswa
atau atlet untuk belajar. Pendekatan taktis memberikan suatu alternatif yang memberikan

kepada siswa untuk mempelajari keterampilan teknik  dalam situasi bermain, seperti yang
dikemukakan Subroto (2001: 4), menjelaskan bahwa: “Pendekatan taktis adalah suatu cara
untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang
tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan.” Lebih lanjut Huedaya (2001: 17),
menjelaskan bahwa sasaran dari pengajaran melalui pendekatan taktis adalah:
“Meningkatkan tampilan bermain siswa, dengan melibatkan kombinasi dari kesadaran taktis
dan penerapan keterampilan teknik dasar ke dalam bentuk permainan yang sebenarnya.”
Selain dari pendekatan, ada istilah lain yang sering digunakan dalam proses
pembelajaran, yaitu model pembelajaran. Sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk
merancang pengajaran diartikan sebagai model pembelajaran. Dijelaskan oleh Husdarta dan
Saputra (1999: 35) bahwa “Isi yang terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa
strategi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan intruksional.
Berdasarkan beberapa hasil penjelasan di atas yang menjelaskan tentang pendekatan
dan model pembelajaran, maka penulis dapat menarik  kesimpulan bahwa terdapat banyak
kesamaan antara pendekatan dan model pembelajaran diantaranya, yaitu di dalam pendekatan
dan model terdapat sebuah strategi pembelajaran, terdapat dua pengelompokan pendekatan
belajar (berpusat pada guru dan berpusat pada siswa), dan penelitian mengenai pendekatan
pembelajaran menjelaskan tentang keterkaitan yang erat antara pendekatan dan model.
Strategi merupakan sebuah upaya untuk mencari alternatif perubahan dari sebuah
tatanan yang ada. Penentuan strategi adalah pilihan terbaik yang telah dirumuskan sesuai
dengan pembelajaran apa yang akan diajarkan kepada  siswa. Engkoswara (1981)
memaparkan bahwa “strategi adalah sesuatu ketentuan yang ditetapkan secara lebih rinci dan
berlandaskan kepada tujuan.”

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di atas, pendekatan merupakan sebuah
pandangan yang menjadi titik tolak dari penggunaan sebuah strategi pembelajaran. Maka dari
itu strategi merupakan bagian dari pendekatan yang  digunakan guru kepada siswanya.
Dijelaskan oleh Sanjaya (2006: 125) sebagai berikut,
     Pendekatan yang berpusat pada guru, seperti strategi pembelajaran langsung,
deduktif, dan eksplositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran discovery dan inkuiri
serta strategi pembelajaran induktif.

Penjelasan lebih lanjut tentang strategi pembelajaran, Killen dikuti oleh sanjaya
(2006: 126) mengungkapkan sebagai berikut,
     Strategi pembelajaran langsung, yaitu materi pelajaran disajikan begitu daja kepada
siswa dan siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Sedangkan strategi yang bahan
pelajaran dicari dan ditemukan oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas
guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya.

Senada dengan penjelasan di atas bahwa pembelajaran langsung dan tidak langsung
lebih diartikan sebagai sebuah gaya mengajar. Seperti yang telah diungkapkan oleh Mosston
dan Ashworth (1994) yang dikutip oleh Suherman (1998: 130) “mengemukakan beberapa
kemungkinan cara mengajar Penjas secara garis besarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua
bagian, yaitu  direct teaching styles (gaya mengajar langsung), dan  indirect teaching styles
(gaya mengajar tidak langsung).” Cara mengajar yang dijelaskan di atas mempunyai
karakteristik gaya mengajar yang sangat berbeda satu sama lainnya. Selanjutnya dijelaskan
pula oleh Mosston dan Ashworth yang dikutip oleh Adang Suherman terdapat beberapa
contoh dari setiap gaya mengajar tersebut, adalah sebagai berikut,
     Beberapa contoh  direct teaching, misalnya: komando, penugasan, resiprokal,  self
check,  dan inclusion style. Sementara contoh  inderct teaching  misalnya: problem
solving (guinded, convergent,  dan divergent discovery),  learner’s design, learner-
intiated, dan self-teaching style.
 

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai gaya mengajar, bahwa dapat diartikan direct
teaching  sebagai sebuah gaya pembelajaran yang dalam pengambilan keputusan semua
didominasi guru, sedangkan dalam inderct teaching pengendalian pembelajaran berada pada
siswanya.
Perlu diingat kembali tujuan utama dalam proses pembelajaran penjas bukan saja
penguasaan keterampilan gerak, akan tetapi pembelajaran yang mengarah kepada aspek
perkembangan kognitif anak dan perkembangan sosial  dan emosi anak. Itu diakibatkan
penggunaan metode pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjadikan pelaku bebas mengeksplorasi segala bentuk potensi dalam dirinya. Guru
berfungsi penuh sebagai pemerintah dan pengambil keputusan mutlak kepada siswa. Senada
dengan penjelasan di atas, menurut Subroto dan Yudiana (2010: 26), sebagai berikut,
     Guru mengambil penuh sebagai pengambil keputusan, permainan sepenuhnya
ditentukan oleh peraturan guru yang “memerintahkan” anak untuk ikut serta ..... banyak
metode latihan yang kurang memperhatikan aspek perkembangan kognitif anak, dan
kelayakan bentuk latihan dengan perkembangan pola pergerakan atau perkembangan
sosial dan emosi anak.

Pemahaman guru penjas terhadap penerapan metode pilihan sesuai dengan
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran permainan bola tangan di sekolah
dapat berpengaruh besar terhadap motivasi siswa untuk belajar aktif dan tingkat pemahaman
serta motorik dasar yang berbeda-beda dimiliki siswa yang begitu banyak dapat menuntut
sampai sejauh mana tingkat kompetensi guru penjas tersebut, dijelaskan oleh Sanjaya (2006:
126), sebagai berikut:
     Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik
yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru
memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya.
 

Penjelasan tersebut memberikan arahan, seperti misalkan bagaimana teknik dan taktik
menjalankan metode bagian agar berjalan efektif dan efisien. Penjelasan lebih lanjut tentang
pengertian teknik, menurut Morris dalam Sudjana (2000:13) menjelaskan bahwa “Teknik
adalah prosedur yang sistematik seperti penunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang
kompleks atau ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan
patokan-patokan dasar suatu penampilan.”

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran bola tangan dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1.  Berdasarkan perkembangan kurikulum PJKR, guru-guru  sebelum tahun 1994
belum memiliki pengalaman belajar tentang berbagai  pendekatan, model dan
strategi pembelajaran.
2.  Belum dimilikinya pengalaman belajar tentang berbagai pendekatan, model dan
strategi pembelajaran tersebut maka diduga dalam prakteknya pun mereka belum
menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan berbagai pendekatan
tersebut.
3.  Secara spesifik guru belum memiliki pengetahuan dan keterampilan bagaimana
menerapkan gaya-gaya mengajar terutama gaya mengajar komando dan gaya
discovery didalam hal pembelajaran aktivitas bola tangan.

C.  Batasan Masalah
Jadi berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka permasalahan
yang terkait dengan pembelajaran aktifitas bola tangan di sekolah sangat banyak, khususnya
yang terjadi di SMA Negeri 13 Bandung untuk itu dalam keterbatasan peneliti maka
pengkajian dalam penelitian ini dibatasi disekitar:
1.  Kemampuan peneliti untuk meneliti
2.  Keterbatasan waktu yang tersedia di luar dari kegiatan perkuliahan
3.  Keterbatasan psikologi peneliti dengan sekolah
4.  Keterbatasan biaya yang juga mempengaruhi terhadap proses pengamatan
Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada masalah penelitian tentang “pengaruh
gaya mengajar komando dan gaya mengajar discovery terhadap hasil belajar shooting pada
permainan bola tangan.”

D.  Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut maka masalah penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara gaya mengajar komando dengan gaya
mengajar discovery terhadap hasil belajar shooting dalam pembelajaran bola tangan?

E.  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran shooting dalam aktivitas permainan bola tangan.

F.  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepada dua hal
sebagai berikut:
1.  Manfaat Teoritis
a.  Memperkuat teori-teori pembelajaran yang sudah ada terutama yang terkait pembelajaran
shooting dalam permaian bola tangan.
b.  Menambah khazanah keilmuan dibidang olahraga, khususnya pengembangan landasan-
landasan keilmuan dalam praktik aktivitas dalam pembelajaran aktivitas permainan bola
tangan.
2.  Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang sangat besar
bagi semua pihak terkait masalah pengaruh gaya mengajar komando dan gaya  discovery
terhadap hasil belajar  shooting  pada permainan bola tangan di SMA Negeri 13 Bandung,
diantaranya:
a)  Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan  pembelajaran bagi guru untuk
merangsang lebih berkreasi dan berinovasi lagi. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan menjadi feedback bagi guru Pendidikan Jasmani dalam menyusun strategi
pendekatan pembelajaran yang lebih variatif yang diharapkan memberikan manfaat
dalam pelaksanaan proses pembelajaran permaian bola tangan di sekolah.
b)  Bagi Siswa. Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih
baik serta siswa menjadi lebih antusias terhadap pembelajaran permainan bola tangan
pada mata pelajaran Pendidikan jasmani di sekolah.

c)  Bagi Peneliti. Peneliti secara tidak langsung telah ikut andil bagian dalam
memberikan pemahaman dan memperkuat pelaksanaan proses pembelajaran
permainan bola tangan yang lebih kreatif dan inovatif yang selama ini kurang
terealisasikan dengan baik.
d)  Bagi SMA Negeri 13 Bandung. Hasil penelitian akan memberikan sumbangan praktis
untuk sekolah tersebut dalam rangka perbaikan proses pembelajaran permainan bola
tangan.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0605469_chapter1.pdf

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
1Comments